Desa Bunutin merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli yang terdiri dari satu banjar dinas/dusun, yaitu Banjar Dinas Bunutin.
Pura Pingit Melamba sebagai objek wisata spiritual,Pura Pingit Melamba "MELAMBA'" berasal dari kata "METAMBA" yg artinya mengobati.
Desa Bunutin sebagai salah satu desa penghasil jeruk terbesar di daerah Kintamani, merupakan daerah yang memiliki kualitas jeruk yang bagus.

Dulang merupakan salah satu sarana atau tempat banten yang disebut gebogan. Para umat Hindu khususnya di Bali membuat persembahan upakara dengan perasaann yang tulus iklas disertai dengan rasa bakti yang tinggi, sehingga membuat sebuah gebogan harus terlihat indah dan menarik. Untuk itu diperlukan alas tempat atau tatakan berupa dulang yang bagus, berisi ukiran-ukiran prada, sehingga terlihat sangan artistik.




Pada jaman dulu, dulang Bali dibuat dari kayu kemudian di bentuk sedemikian rupa, sehingga bentuknya dapat menopang aneka buah-buahan dan jajan. Dan untuk terlihat seni harus di ukir kemudian dipulas dengan cat baik dengan warna natural maupun dicat prada. Pengerjaan dulang dengan kayu tersebut sangat rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama karena proses pengukirannya sangat diperlukan ketelitian dan rasa seni yang tinggi. Sehingga pada waktu dahulu untuk 1 buah dulang dari kayu Cempaka yang asli dengan ukiran Prada bisa mencapai harga sampai 1 jutaan lebih. tergantung dari bahan kayunya dan kerumitan ukirannya.




Kebanyakan dulang terbuat dari bahan dasar kayu (pinis, belalu,dsb) walaupun belakangan ada juga yang dibuat dari bahan fiber. Namun demikian, dulang dengan bahan dasar kayu tetap lebih disukai oleh pasar, selain karena kayu lebih kuat dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan fiber. Dari segi finishingnya pun dulang terbagi-bagi lagi menjadi dulang dengan ragam hias yang dicat, ada juga dulang yang diukir, dikombinasi dengan material lain seperti rotan, kaca dan sebagainya. Namun, dulang kayu dengan motif yang dicat, saat ini tetap merupakan jenis yang paling laku di pasaran. Kayu biasanya didapakan dengan cara berburu. Kayu ini lalu dibentuk kasar terlebih dahulu oleh seorang tukang kampak. Lalu dibentuk dengan mesin bubut selama kurang lebih 20-30 menit. Bakal dulang ini lalu dikeringkan di tempat teduh selama 2 – 3 bulan untuk memastikan penguapan air dari dalam kayu maksimal. Dalam proses pembuatannya, dulang tidak dijemur di bawah matahari untuk mempercepat proses pengeringannya, karena proses pengeringan sepertti itu, justru akan membuat dulang mudah pecah.





Setelah dianggap cukup kering, Dulang lalu di’plamuur’ agar menghaluskan permukaan dengan menutup pori-pori kayu. Dengan demikian proses pewarnaan dasar bisa dilakukan dengan baik. Setelah warna dasar mengering, barulah warna yang mengikuti design grafisnya dilakukan.


Kita bisa mendapatkan dulang dari seluruh pasar-pasar tradisional di Bali. Termasuk dari pasar-pasar seni maupun pameran-pameran seni. Namun tidak banyak yang tahu, bahwa pusat pembuatan dulang di Bali terletak di Bangli. Salah satu desa di Bangli yang memproduksi dulang adalah desa Bunutin, Kintamani. Di desa ini, dulang banyak dibuat dengan skala industri rumah tangga. Dulang yang dibuat di desa ini, hanya sampai proses pengeringan saja atau sampai setengah jadi. Sedangkan proses pewarnaan dilakukan di desa Tembuku Bangli. Kelebihan dari dulang yang dibuat dari desa Bunutin adalah bahan dasarnya dari kayu pohon Belalu Albesia, lebih awet, ukiran yang rumit dan menarik. Satu dulang setengah jadi ini seharga 25 ribu/buah. Sedangkan dulang yang sudah jadi disertai pewarnaan harganya berkisar 400 ribu rupiah/buah sesuai dengan rumitnya ukiran dan pewarnaannya.

Categories: